Kamis, 30 Agustus 2012

terimakasih karna kau mencintaiku..

Kau selalu di hatiku
Mengisi ruang dan waktuku
Tetaplah bersamaku
Sampai kita tak sanggup lagi

Bila tak sengaja diriku menyakitkanmu
Beri isyarat padaku
Agar cepat ku mohon maaf padamu

Di saat indah dan sedih
Tulus kau temani aku
Walau kadang ku mengiris perih hatimu
Terima kasih karena kau mencintaiku

Rabu, 29 Agustus 2012

mawar

Ia tersenyum di kaca itu dan melihat wajahnya
masih cantik, seperti
sekuntum mawar yang merekah. Ia yakini,
karena kekasihnya selalu mengatakannya
di pagi hari ketika ia membuka jendela
dan matahari menyapa
“kau masih secantik ketika pertama aku mengenalmu.”
Di cermin itu ada mawar yang selalu rekah,
wanginya seperti hembus musim bunga
seperti ketulusan mencinta.

Kupukupu kadang masuk lewat jendela mengira
ada sebuah taman sari, lalu hinggap di sana
hanya untuk menari di antara jemari lentiknya
ketika tangan kekasihnya menyentuh penuh hangat
keningnya disesap bak setangkai mawar
lalu matanya terpejam seakan mengekalkan kenangan
“kau masih sewangi ketika kita di pelaminan.”

Ia bercermin di kaca itu dan melihat wajah kekasih,
tepat di belakangnya
sedang tersenyum mengaguminya.

Jumat, 03 Agustus 2012

mungkin kau ingin tau mengapa aku selalu menuliskan segala sesuatu tentangmu disini, karena aku tak pernah tau hingga kapan ingatanku akan bertahan sebelum dikalahkan usia—

karena ingatanku, sayang, tak seperti senja yang tabah menanggung duka~

berpurapura

Banyak hal yang bisa membuat aku menangis bila mengingatmu. Saat melintasi jalan2 yang pernah kita lalui bersama, misalnya. Tak hanya itu. Ketika duduk diam si bangku tempat kita pernah menikmati secangkir hot cappuccino juga mampu membuat gerimis turun dari kedua mataku. Atau itu, saat aku membaca ulang sehelai surat yang pernah kau sisipkan dalam sebuah novel yang kau kirimkan padaku. Ah, bahkan aku pun bisa berair mata kala aku sedang diam sendiri dan bayangan dirimu tiba2 melintas dan tersenyum kepadaku.

Jika sudah begitu, biasanya aku tak mampu menahan genangan air itu untuk tak meluncur jatuh dan meninggalkan jejak basah di kedua pipiku. Setelah puas kulampiaskan, maka dada ini akan terasa lebih lega.

Dulu, aku harus menunduk dalam2 jika tangisku akan tumpah. Kemudian aku selalu menggigit kuat2 bibir bawahku mencegah agar isak tangisku tak terdengar keluar. Tapi, tetap saja meski pelan, terdengar jika aku terisak.

Lalu tangisku aku paksa berhenti dalam satu kali tarikan nafas. Awalnya sungguh terasa berat. Saking beratnya aku meredam tangis hingga nafasku tersenggal2 dan pendek2.

Aku pun tak memahami perasaan yang sulit aku mengerti ini. Dengan mudahnya aku bisa bersimbah air mata bila mengingat segala hal yang berkaitan denganmu. Rasanya sedih sekali. Ada perasaan hancur. Seperti ada sesuatu yang hilang dari hatiku. Sesuatu yang pergi dan tak kembali. Sesuatu tercerabut paksa hingga meninggalkan rasa pedih di hatiku. Begitulah yang aku rasakan. Entahlah, aku yang terlalu melankoli atau terlalu perasa seperti yang pernah kau bilang tentang aku.

Namun lama2, kini aku sudah tebiasa menangis dalam hati. Tanpa seorangpun tau sesungguhnya aku sedang berurai air mata. Tanpa seorang pun sadar jika di sini, jauh di dasar hatiku, tangisku sedang membadai. Mengalirkan sederas2nya air mata bak anak sungai. Karena kini aku mampu meredam gemuruh gaduh dalam hatiku.

Tangis itu memang tak berwujud dalam derai yang membasahi pipi. Tak ada genangan air mata. Jadi, kini kau akan banyak melihat senyum bertabur di wajahku. Karena sekarang aku tlah pandai menutupinya. Karena sekarang aku tlah pandai berpura2~

Valentine's Day Pumping Heart