
Ayah Bunda ku sayang..
Teruntuk kalian, peluk ciumku selalu hingga akhir. aku harus menulis surat. Kali ini surat cintaku ku persembahkan untuk kalian. Karena tidak adil rasanya jika aku menuliskan surat cinta untuk orang lain, sementara kalian yang tanpa pamrih mencintaiku tidak ku buatkan selembarpun surat tanda kasih.
Ayah Bunda..
Surat ini "bukan wasiat" tapi ucapan rasa terima kasihku yang terdalam karena kalian sudah mau merawatku dengan tulus hingga kini. Tidak mudah memberikan kasih sayang berlimpah tanpa pamrih jika kita tidak mempunyai ketulusan setingkat dewa. Itulah kalian. Aku, dianugrahkan kecintaan yang sedemikian besar dari sepasang jelmaan dewa Rama dan dewi Shinta.
Ayah Bunda..
Maafkan aku jika dalam tiap lembar kehidupan yang kalian berikan aku selalu berbuat salah. Selalu membantah tanpa pernah berpikir alasan kebaikan yang kalian utarakan. Tak ada maksud kalian mengekangku dengan larangan larangan. Tapi aku dengan ego dan pongahku menganggap keputusan kalian adalah salah.
Ayah Bunda.. seorang anak tetaplah seorang anak. Kadang dia merasa dirinya benar. Anak selalu menganggap orang tuanya kuno karena terlalu mengekang pergaulan dan pilihan hidupnya. Padahal, dia hanya mengetahui sedikit dari peraturan hidup didunia. Tidak seperti orang tua yang telah terlebih dahulu merasakan pahit dan manisnya kesalahan. Juga rasa asam dan garamnya kehidupan. Jadi tidak salah jika dikatakan bahwa orang tua adalah pembimbing dan pengayom. Mereka memberikan anaknya rambu-rambu lalu lintas hidup. Menunjukkan kepada mereka arah mana yang benar, mana yang salah. Tentu saja karena mereka telah terlebih dahulu melaluinya jadi mereka tahu titik mana yang salah mana yang benar. Terkadang kami sebagai anak melanggar aturan yang ada. Tapi Ayah Bunda tidak pernah bosan memberikan arah. Terima kasih.
Ayah Bunda.. seorang anak tetaplah seorang anak. Kadang dia merasa dirinya benar. Anak selalu menganggap orang tuanya kuno karena terlalu mengekang pergaulan dan pilihan hidupnya. Padahal, dia hanya mengetahui sedikit dari peraturan hidup didunia. Tidak seperti orang tua yang telah terlebih dahulu merasakan pahit dan manisnya kesalahan. Juga rasa asam dan garamnya kehidupan. Jadi tidak salah jika dikatakan bahwa orang tua adalah pembimbing dan pengayom. Mereka memberikan anaknya rambu-rambu lalu lintas hidup. Menunjukkan kepada mereka arah mana yang benar, mana yang salah. Tentu saja karena mereka telah terlebih dahulu melaluinya jadi mereka tahu titik mana yang salah mana yang benar. Terkadang kami sebagai anak melanggar aturan yang ada. Tapi Ayah Bunda tidak pernah bosan memberikan arah. Terima kasih.
Sudah 21 tahun aku habiskan waktu bersama kalian. Banyak kisah kisah yang terukir yang kusimpan dalam satu kotak pandora diingatanku. Aku gak akan melupakannya. Betapa kalian begitu berjasa telah membesarkan aku dengan sabar dan kasih sayang yang kalian punya. Kelak, jika nanti Tuhan memberikan aku kepercayaan memiliki seorang anak, aku akan ingat bagaimana kalian telah mendidik dan menyayangiku. Aku pun akan melakukan hal yang sama.
Ayah Bunda..
Ayah Bunda..
Disini di kamar serba putih, ingin sekali rasanya ada kalian disini. Tapi sudahlah.. Merasakan kasih sayang dari jauh saja aku sudah senang. Semalam waktu Ayah kasih nasehat,, luar biasa kagetnya. Aku sampai gak bisa berkata kata. Ingin menangis, tapi aku tahan. Aku gak ingin Ayah merasakan kegetiranku disini. Mendengar suara Ibu, aku seperti mendengar suara peri bernyanyi. Aku terlena hingga tak sadar tertidur hingga pagi. Aku merindukan kalian.
Ayah Bunda...
Jari ini terlalu lelah untuk mematut terlalu banyak kata. Bukan karena aku tak ingin menulis lagi. Tapi, tanpa dikatakan pun, hatiku ini telah berbicara banyak pada mata, betapa aku ingin selalu bilang "aku mencintai kalian.." "betapa aku sangat berterima kasih kepada kalian". Kalian adalah contoh orang tua agung yang sangat aku banggakan.
Jaga diri kalian ya Ayah Bunda
Dariku
Anakmu..
Jaga diri kalian ya Ayah Bunda
Dariku
Anakmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar