Senin, 28 November 2011

aku adalah aku yang bahagia.. Tanpamu.. tentu saja !


Kamu pernah bilang, love is fight. Cinta adalah perang menaklukkan hati wanita. Setelah hatinya kau dapatkan, lalu kau tinggalkan begitu saja, berharap siwanita akan memburumu hingga kau merasa bahwa kau adalah segalanya buat mereka.

Aku dulu pernah mengejekmu soal ini. Dan mungkin aku satu satunya wanita yang sulit kau taklukkan. Tapi itulah kesombonganku. Tanpa sadar, secara pelan dan perlahan aku mulai jatuh dalam siklus cinta yang kau buat. Kau menenggelamkan aku kedasar jurang terdalam hingga aku sulit menemukan jalan keluar buat diriku sendiri. Aku seperti terhipnotis oleh daya tarik cinta yang kau tawarkan. Dan tanpa sadar aku tak menyisakan sedikit hati meski itu untukku sendiri.

Lama aku sadari aku terjerat terlalu jauh kedalamnya. Aku seakan tersesat. Tapi aku bahagia, karena ada kau disana. Dengan segala cinta, perhatian, kasih sayang tanpa amarah, dan akupun terlena dibuatnya.

Tapi kebahagiaan itu ternyata hanya sesaat. Seperti katamu. Cinta adalah menaklukkan hati wanita. Dan aku telak tertipu oleh pikat dayamu. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan aku menyesali kebodohanku. Aku tak bisa menyalahkanmu, karena aku yang menginginkan diriku terjerat. Aku membiarkan hatiku menerima setiap hidangan cinta yang kau hadirkan. Dan bodohnya, aku malah mengikuti semua aturan yang kau buat. Sampai-sampai apapun yang kau minta dengan rela aku ikuti.

Aku ingat, pertama kali saat kau bilang tak bisa menjalani masa depan denganku, padahal sebelumnya kita tak pernah ada masalah. Aku kaget bukan kepalang. Aku merasa dunia seperti mau runtuh. Aku sudah menduga sebelumnya ini bakal terjadi, dari sikapmu, caramu berbicara yang tiba-tiba sering diam tak memperhatikan arah pembicaraan. Tapi bagiku saat itu terlalu mendadak. Dan kata perpisahan itu membuatku ambruk seketika. Aku yang sakit, aku yang lemah, telak terkapar seolah kehilangan separoh nyawa. Berhari-hari aku kembali menata hati, bersikap tegar namun hatiku sedih. Berlagak senyum namun air mataku mengalir. Lama aku baru bisa menetralisir hatiku kembali. Dan aku saat itu, meski tak bisa 100 % tanpamu, setidaknya masih bisa melihat senyummu di dinding kamarku, sudah mampu menghapus sedikit rindu akan hadirmu.

Lalu, setelah semua senyum itu kembali, kau kembali hadir dengan tawaran cinta baru. Aku sama sekali tak menolak saat itu, karena jujur, sulit melupakanmu. Mungkin bukan karena aku tak bisa. Tapi memang karena aku tak mau. Saat itu, aku hanya ingin memberimu kesempatan. Inilah awal kehancuranku berikutnya.

Ternyata tawaran cinta itu hanya melambungkanku sesaat. Ternyata tak banyak yang berubah dari dirimu karena kau memang pejuang cinta. Bagimu, menetap disatu hati adalah penjara hidup. Dan aku kembali sakit. Telak didasar hati. Sakit ini merubah sifatku jadi benci. Ya. Aku benci. Tapi entah kenapa, aku tak pernah bisa membencimu. Kacau sekali.

Meski sakit ini tak terperih, aku masih bisa menawarkan senyum untukmu. Bilang tak sakit padahal aku sakit. Bilang tak cemburu padahal lukaku pilu. Pernah, aku ingin sekali tak mau bergantung lagi pada rasa ini. Cukuplah sudah. Aku capek dan aku lelah. Tapi apa yang kudapat ? Aku malah kehilanganmu. Tak lagi menemukan jejakmu.

Pernah kusesali keputusan terakhirku. Tak ada jalan keluar setelah itu. Karena kita tak pernah lagi saling menyapa. Tak pernah lagi berkata "hai". Tak pernah lagi saling memberi kabar. Beberapa kali aku mendapati air mataku mengalir panas bila rindu ini menghentak. Sering kali aku masih saja membuka tulisan tulisan statusmu dijejaring sosial yang kau buat. Dan aku masih saja berharap, jika saat itu kau mau memaafkanku, akan kulakukan apapun maumu.

Tapi, satu kata darimu membuatku tersentak. "Hari ini, untuk pertama kali melihatnya menangis, aku sudah bisa tersenyum. And Iam happy with that..!" Bodoh.. dasar bodoh... Dan akupun meradang. Aku memaki setiap kebodohanku. Menyesali setiap air mata yang keluar dari pipiku. Menyesali setiap penantian bodoh itu. Dan aku berjanji dalam hati untuk membencimu. Tak mau tau lagi tentangmu. Kita Sudah Berakhir. Finished.

Berhari-hari aku menanam kebencian dihatiku. Tak ada lagi fotomu didinding kamarku. Tak ada lagi pesan yang tertinggal di HP ku. Tak ada lagi apapun tentangmu disetiap jejaring sosialku. Dan semua kenangan tentangmu tlah kuhapus sudah. Aku tak mau ingat lagi. Dan aku berhasil.

I will not fall for you again. Never, even someday you ask me back..!

Malam saat aku merasa bahwa tak ada bintang yang setia menemaniku seperti biasa, namun kini aku menemukan banyak bintang disetiap gurauan sahabat-sahabatku.

Lalu, saat fajar menjemput pagi, aku tergugu saat berpikir bahwa pagi tak akan cerah tanpamu. Namun ternyata pagi akan selalu bersinar meski tak ada kau yang menjadi mentarinya.

Kemudian, saat senja merah saga itu beranjak meninggalkan matahari yang perlahan meredup. Aku masih bisa tersenyum, masih bisa berharap bahwa suatu saat, saat semua siklus waktu ini berputar kembali, aku takkan lagi berada disudut kamar gelap itu, mengurai air mata untuk menangisi seorang "kau".

Dan saat semua itu berlalu, aku ingin semua kepedihan itu tak lagi menjadi kebencian. Tapi dia adalah kenangan. Meski tak indah tapi aku pernah bahagia. Meski sesaat.

Sekarang ini, aku adalah aku yang bahagia.. Tanpamu.. tentu saja !!

Selasa, 22 November 2011

aku hidup bukan hanya utk menunggumu


Aku HIDUP BUKAN Hanya untuk MENUNGGU Mu
SEPERTI INI,...

Kau mungkin tak tahu betapa hatiku penuh luka saat aku harus membuat keputusan untuk meninggalkanmu. Saat aku menghadapi keadaan yang bisa membunuhku, bahkan membunuhmu ketika aku harus mempertahankanmu.

Saat aku merasa sendiri dan sepi, tak seorangpun sudi menghela.

Kau tak pernah tahu dan mungkin tak kan pernah tahu.............

Aku menyadari bahwa saat ini kau sudah tidak lagi punya urusan denganku, begitu juga seharusnya denganku yang sudah tak punya andil apapun terhadapmu. Aku telah mendengar semua itu dari bibir dan hatimu. Aku sungguh telah mendengarnya. Hatiku gerimis setelahnya.....

Betapa sungguh secepat itu namaku lenyap dari hati dan pikiranmu!!!

Secepat itu juga kau menemukan matahari yang lain. Satu tahun lalu, bahkan kau baru saja berterus terang bahwa kau hanya punya dua matahari. Matahari sesungguhnya dan satu yang lain adalah "Aku". Tapi aku pikir, aku harus tahu diri bahwa sinarku tak cukup menerangi jalanmu. Aku yakin dan percaya bahwa sesungguhnya ada matahari lain yang bisa menerangi hatimu. Menghangatkan jiwamu....

Aku berdoa untuk kebahagiaanmu....

Kalau boleh aku berujar, matahari itu sesungguhnya telah ada di dekatmu. Tinggal bagaimana caramu untuk menarik sinar itu hingga dia bisa memberikan sinarnya padamu. Kau mungkin tak pernah tahu bahwa aku sudah merasa seperti itu sejak kau masih berada disampingku dulu.

Semoga kau masih bisa menerimaku, masih bisa mengingatku atau aku sangat berharap bisa jadi asteroid bagimu. Meskipun harus mendapatkan sinar dari matahari untuk bisa menyinarimu. Meskipun tidak seterang mentari, tapi setidaknya aku bisa sedikit menerangi hatimu dan menyingkirkan mendung di kelopak matamu.Biarkan aku jadi seperti itu dan aku rela menyerahkan sinarku untuk mataharimu yang selanjutnya.Biarkan sinar itu hidup dalam raga orang lain daripada harus menderita tak berdaya dalam hatiku.Biar sinar itu hidup melalui orang lain, daripada harus menanggung sakit dan bersalah dalam jiwa ragaku.

Semoga kau tahu bahwa sinar itu masih hidup dan menunggumu.

Dan semoga kau tahu bahwa aku pernah mencintai seseorang hingga aku menangis.
Aku hidup bukan hanya untuk menunggumu,....
masih banyak mereka yang sama sepertiku.

Tugasku adalah,....
Memperbaki diri, melangkah dari bertahan
menebus kesalahanku di masa lalu
dan berbagi dengan sahabat, teman, saudara
untuk membantu menguatkan mereka agar tetap mampu bertahan
dalam hempasan gelisah yang menggengam jiwa mereka!!!
Aku berusaha walau belum tentu bisa, namun akan aku coba,.....

Aku tak mau ada orang-orang sepertiku yang dulu,
tersudut tertunduk kaku tanpa bisa beranjak dari penat
karena tiada teman yang menguatkan dan berbagi kisah namun amanah !!!
Rasa sakit & pahit itu menjadikan kekuatan untuk ku,
lewat tulisan dan goresan tuk berbagi rasa dalam kata,.....
Berharap ridlo Allah Lillahita’ala....
InsyaAllah,...

...

Jumat, 18 November 2011

Mak iki anakmu prawan

wiwit mbiyen ono ing perantauan

iling ngiwangi neng kantin sekolahan

telong sasi mak aku urung bayaran

mak dongamu mandhi tenan di bring jabani marang gusti pengeran

koyok ngene rasane wong ora duwe

duwe pisan di ece karo kancane

iling-iling manungso bakale mati

yen wes mati di kubur sanak family

di pendem jero di apit bumi

ono kubur iku akeh pandoso

ulo klabang kolojengking podo moro

ono setan membo-membo dadi perawan

benno krasan yen ono kuburan

neng akhirat ora ono montor liwat

neng akhirat ora ono sego berkat

neng akhirat ora ono mejo biliard

onone godo ne moloikat

sak sugeh, sugih e uwong mesti ono mlarate

sak mlarat, mlarat e uwong mesti ono celenganne

mangkane golek bojo ojo mandeng rupo

rupo elek kuwi yow ora dadi ngopo

mangkane golek bojo ojo mandeng bondo

seng pentingg, ora ngenteni warisan moro tuwo

kowe pancen keren le, koyok bekas pacarku mbiyen,

eman, eman tenan, kerenmu mung kanggo obralan

obral, obral janji le urung mesti uripmu mulyo

mulo aku wes kondo, melu aku urip nang deso

ngiwangi gawe boto, menek kelopo nyeblok bongko

Senin, 07 November 2011

“Ikutlah denganku, aku akan mengantarmu kemanapun kau mau. Percayalah padaku.” Dia menatapku dalam-dalam. Tangannya meraih tanganku, jemariku dipegangnya erat. Dia berusaha meyakinkanku dengan kata-kata manisnya.

“Aku percaya padamu..”, sesaat aku tidak melihat ke arahnya tapi kemudian aku menatapnya, “..tapi aku tidak bisa ikut denganmu.”

Dia setengah tersenyum, “Aku sudah menduganya.”

Aku beranjak berdiri dari dudukku. Berjalan beberapa langkah sekedar mengambil jarak darinya.Dia masih menatapku, aku bisa merasakan itu dari balik punggungku.

Banyak hal yang ingin ku katakan padanya, tapi hanya itu yang keluar dari mulutku.

Hening. Untuk beberapa saat tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Aku menunggu dia mengatakan sesuatu, namun dia hanya tertunduk diam. Jantungku berdegup kencang, takut hal yang paling buruk akan terjadi.

Kemudian dia berkata, “Baguslah.”

Aku hanya menjawab, “Kurasa inilah waktunya.”

Setengah tak percaya bahwa semuanya terjadi hari ini, aku akhirnya memutuskan untuk pergi. Ini seperti ketika kamu sadar bahwa di depanmu hanya jalan buntu, yang dapat kau lakukan hanyalah membalikkan badanmu, keluar dari jalan itu dan mencari jalan lain. Kau akan menandai dalam ingatanmu bahwa jalan itu tidak dapat kau lalui dan kau tak akan melewatinya lagi.

Dia tampak akan mengatakan sesuatu, tapi aku langsung mengatakan “Selamat tinggal.” :'(

aku tag pernah menggugat biar sampai kau babadt . tag pernah risau sekaLipun kau bikin aku dengan debu . BIAR sadja kau acuhkan aku dutengah jaLanand . aQ reLa sekaLipun suatu hari kau memungutku . . Entah Kapand itu . .

BiaR ku taug bahwa kau begitu munafik . . yang duLu menyingkirkanku dan suatu hari mengingindkan . .

kau patahkan aQ sekaLipun tapi suatu saadt kau harapkan aQ ada.. padahal aQ taug kau menendang , acuh , yag peduLii . .

ah . . biar sadja sampai kau paham betuL akan keberadaan yang tag kau anggap . .

atau mungkin kau tag akan pernah paham akan adanya aQ .

sungguh . . betapa ingin kau kumaki tapi aku tag Lain cuma SEPOTONGAN yang terabaikand . tapi aQ yakind kau akan sadari keberadaanku . .

biarpund mungkind sadja tagkkan pernah terjadi . .

BIAR SADJA . .

  • #teruntuk anda . .
Valentine's Day Pumping Heart